Tahun 2012, katanya bakal kiamat? I personally believe that it is true but not literally. Artinya, gue percaya bahwa satu fase dalam kehidupan akan berakhir dan berganti dengan yang baru hingga akhirnya semua hal di dunia adalah sesuatu yang baru. Bisa jadi artinya survival of the fittest (yang bertahan hidup akan tetap hidup dan yang lainnya pergi meninggalkan dunia), bisa jadi artinya you meet your lowest point in your life, hancur, dan pada akhirnya memulai segalanya dengan hidup baru. Dua poin ini gue dapatkan dari sebuah sumber bacaan yang gue lupa (karena lebih dari satu sumber) tapi mereka mencoba menjelaskan tentang ramalan suku maya lewat tulisan-tulisan mereka. Untuk poin pertama… Dua bulan di tahun 2012 cukup membuktikan sejauh ini. I received a lot of death news. Yes, a lot (total 12 berita dalam 2 bulan adalah angka yang cukup signifikan untuk gue). Berita kematian yang datang dari orang yang secara langsung memiliki ikatan pertemanan dengan gue, hingga yang secara tidak langsung tetapi terkait dengan orang yang gue kenal cukup baik. Sedangkan untuk poin kedua sendiri, I’ve experienced it myself.
Kedua poin yang gue sebutkan di atas (menurut gue) tidak bisa lepas dari apa yang disebut sebagai proses grieving (berduka). Kubler Ross mengatakan bahwa grieving memiliki 5 tahap; denial, anger, bargaining, depression, acceptance. Jadi, seseorang yang grieving pada awalnya akan mengalami tahapan denial, menyangkal bahwa ia tidak kehilangan, biasanya mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Then it will hit him and he will realize that he was left. Dia akan merasa marah dan menyalahkan banyak hal; diri sendiri, atau lingkungannya, atau bahkan Tuhan. Kemudian ia akan sampai pada satu masa di mana akan banyak keluar kalimat dengan awalan “what if…” atau “if only…”. Hingga akhirnya ia mengalami depresi atas kehilangan tersebut dan perlahan menerima kondisinya (acceptance). Kelima tahap ini adalah framework yang akan membantu kita untuk belajar hidup tanpa seseuatu atau seseorang yang meninggalkan kita. The good news is… kita bisa memantau kondisi kita pasca kehilangan dengan framework ini. The bad thing is… proses ini bersifat felksibel. Artinya, seseorang sangat mungkin mengalami lompatan fase atau bahkan mengulang fase. Berdasarkan pengalaman pribadi, gue pernah merasakan mengulang 4 fase pertama beberapa kali selama kurang lebih 6-7 bulan, sebelum akhirnya lanjut ke proses penerimaan.
To me, grieving, in other words, is the art of letting go and moving on. Dalam grieving kita memilih… untuk berjalan maju dengan melawan rasa sakit… atau menekan pengalaman menyakitkan ke dalam area unconsciousness kita. Tapi pada akhirnya, gue rasa kita akan tetap berjalan maju. Proses penerimaan itu sendiri menurut gue harus dibagi lagi menjadi beberapa tahap; menerima dengan rasa tidak rela, menerima bahwa yang sudah pergi biarlah pergi demi sesuatu yang baik (merelakan), menerima dan memaafkan dengan tuntas (forgiving), menerima dan bisa menjalani hidup tanpa sesuatu/seseorang yang meninggalkan kita (final acceptance). Dan dari semua tahapan itu, rasanya tidak ada satupun kata melupakan (forgetting). Lupa hanya akan terjadi ketika sesuatu secara alamiah menjadi tidak lagi penting (bukan melabel tidak penting dengan sengaja ketika sesuatu itu masih memiliki efek yang cukup besar) atau adanya hal lain yang lebih ‘besar’ yang pada akhirnya meniban informasi lainnya. Jadi, kalimat “yaudah, lupain aja…” bukan kalimat yang efektif ya untuk menghibur seseorang yang mengalami kehilangan (entah kematian, entah putus, entah bercerai). Cara paling baik rasanya adalah dengan menjalani proses yang ada apa adanya, katarsis selama dibutuhkan, dan jangan diburu-buru. Dan hal yang menurut gue paling baik yang bisa dilakukan oleh lingkungan orang yang sedang grieving adalah menemani, mendengarkan, dan keep being healthy (if you can’t listen or handle at the moment, tell him the truth and tell him you will listen later when you’re ready again).
I hope this writing will be useful for all of you, especially this year. Dan kalau ada pendapat lain atau ralat terhadap pandangan gue, monggo disampaikan. Thank you and God bless us. =)
Note: 2nd day of March, 2012 – Deep condolence for Pandji. Be tough, as always. =)
Like this:
Like Loading...
Related
Published by Jessica Farolan
Psychological Health Trainer, who love to laugh and enjoy new experiences!
View all posts by Jessica Farolan
Oh this one made as a reply for pandji's post named as AYAH.
Good.
Deep condolence for Pandji too. Be tough, as always. =)
Agak kurang tepat hehe… tulisan ini dibuat beberapa jam sebelum tulisan Pandji. Tapi memang terinspirasi dari berita duka tersebut.
oh salah saya, ternyata tulisan ini lahir duluan hehe
well meskipun begitu, ini tetep bagus tulisannya (tetep bikin gue nambah sedih setelah baca post nya pandji)haha