Waktu itu tahun 2014. Saya tertohok oleh kalimat yang keluar dari Pandji Pragiwaksono di stand up special dia yang ketiga “Mesakke Bangsaku”. Kalimatnya kira-kira seperti ini “Lu gila (tidak ingat siapa yang lu pilih waktu Pemilu)! Itu kan salah! Mereka yang lu anggap korup, ngaco itu duduk di DPR karena dipilih!”. Bukan kalimat yang baru buat saya. Tapi malam itu menohok hati saya karena saya percaya bahwa stand up comedy adalah sarana menyampaikan kritik dalam bentuk yang mudah diterima. Tawa meruntuhkan defense mechanism. Saat kalimat itu disampaikan, saya sudah 1 jam dibuat terbahak-bahak. Dan saat itu, saya tidak punya alasan untuk berkilah.
Malam itu saya berjanji, saya akan menjadikan Pemilu 2019 bermakna.
Janji itu terlupakan dalam waktu 2 minggu saja. Sama seperti janji untuk berolahraga seminggu sekali.
Janji itu baru teringat kembali tahun 2018 awal, ketika Pemilu sudah semakin dekat dan saya sudah menjadi anggota sebuah partai baru yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Rasanya menjadi sangat salah ketika saya tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk mewujudkan janji ke diri saya sendiri. Maksud saya, saya sudah berada dalam sebuah partai walaupun saat itu kontribusi saya ke partai hanya sebatas jadi MC. Jadi saya berpikir, mari kita gunakan kesempatan ini agar saya bisa bilang ke Pandji atau siapapun bahwa saya akan mengingat siapa yang saya pilih.
Saya mulai mencari tahu banyak sekali nama-nama Bacaleg (Bakal Calon Legislatif), terutama yang di PSI. Saya baca setiap syarat, kompetensi yang dibutuhkan, bahkan saya sampai mencari tahu pembekalan yang diadakan PSI setiap minggunya ke Bacaleg. Saya belajar melalui bahan bacaan, video, youtube mengenai politik. Saya ingin memastikan bahwa saya paham betul-betul siapa yang saya pilih untuk mengerjakan apa karena saya paham mengapa pilihan saya pantas mengerjakan hal tersebut. Saya memastikan saya paham.
Bukan orang lain paham.
Kalimat terakhir baru saya sadari di awal 2019. Kalau teman-teman mengikuti Instagram saya, khususnya Insta Stories saya, teman-teman pasti menyadari bahwa di awal tahun ini saya sering posting informasi-informasi mengenai Pemilu 2019. Saya ingin sekali orang-orang juga memilih dengan pemahaman yang luas dan mungkin dengan cara yang saya lakukan untuk mengambil keputusan tentang pilihan di Pemilu. Keinginan ini kuat sekali sampai saya rela untuk belajar sistem penghitungan suara di Pemilu, bukan hanya sekedar tahu bedanya apa. Sesuatu yang sangat amat tidak mungkin saya lakukan di Pemilu-Pemilu sebelumnya (buat apa repot, toh pasti ada yang hitung juga). Tapi saya paham bahwa sangat salah kalau saya tidak paham beda sistemnya. Darimana saya tahu saya dicurangi atau tidak? Darimana saya tahu konsekuensi yang ada dari keputusan saya kalau saya tidak paham bagaimana suara saya akan diolah?
Saya ingin semakin banyak orang paham atas apa yang mereka lakukan dengan memilih dan apa dampaknya. Insta stories ini yang mengantar saya terbuka pada peluang untuk mengenal lebih jauh PSI Jakarta. Walau hanya 1 minggu, saya bersyukur sekali bisa dilibatkan untuk bekerja bersama walau hanya melalui Instagram.
Dan hari ini PSI, melalui hasil quick count, bisa disimpulkan tidak lolos threshold 4%.
Suara saya memang hangus. Tapi suara saya tidak sia-sia.
Bagi saya, suara saya adalah sebuah statement yang menunjukkan bahwa saya sadar dengan apa yang saya pilih. Bahwa pilihan itu tidak dibuat dalam waktu 1 atau 2 bulan. Ini adalah pilihan yang saya gumulkan dalam waktu 1 tahun. Dan proses yang saya lalui untuk memilih membuat saya menyadari banyak hal, belajar hal baru, berkawan dengan banyak orang baru.
Dan itu semua bermula dari PSI.
Jadi, terima kasih PSI.
Saya orang yang pernah dibilang tidak melek berita dan politik oleh mantan saya.
Saya adalah orang yang selalu enggan baca berita.
Saya adalah orang yang dulu sangat setuju dengan kalimat “Politik tai kucing” di film GIE.
Saya orang yang merasa politik itu asing.
Terima kasih karena saya menemukan banyak hal baru di politik yang ternyata saya sukai.
Terima kasih untuk Pemilu 2019 yang sangat bermakna bagi saya.
Terima kasih sudah membuat saya belajar dan bisa membantu banyak teman yang menanyakan perihal politik dan Pemilu.
Terima kasih PSI. Selamat atas kerja keras yang inspiratif bagi banyak orang dan patut untuk dirayakan.
Mari kita lanjutkan perjuangan kita!
Salam Solidaritas,
Jessica Farolan
(satu dari tiga juta suara)