Waktu Cinta ngomong “BASI! Madingnya udah mau terbit!” dan berusaha nutupin buku pakai sepatu (dan entah mengapa bisa enggak keliatan), saya lagi duduk di kelas 2 SMP. Waktu itu saya lebih fokus ke tema persahabatan dibanding cinta-cintaan. Maklum, sekolah di sekolah perempuan semua kala itu sepertinya membuat saya telat naksir cowo. Nicsap baru terlihat menggiurkan waktu saya duduk di SMA (Yes, he is so handsome in GIE imho). Dan baru setelahnya saya kembali nonton Ada Apa Dengan Cinta lagi dan merasakan apa yang seharusnya dirasakan ketika nonton AADC (Yes, BASI!).
Tujuh belas tahun kemudian, muncul AADC 2. This movie is legendary and iconic. Tahu kenapa? Karena ketika muncul AADC 2, muncul pula sequel film jadul lainnya. Tapi, tidak ada yang sesukses AADC 2. Sebut saja Eiffel I’m in Love 2 yang sangat amat gagal membuat tokohnya bertumbuh. Tapi Cinta dan Rangga dengan suksesnya membuat semua orang lebih milih Yogya ketimbang Paris. Sukses juga membuat Miles membuat film “Milly & Mamet”. Continue reading “Review: “Milly & Mamet (Ini bukan Cinta & Rangga)” | NO SPOILER”