Mengenang 2011 =)

Sejumlah orang mengenang setiap tahunnya dengan caranya sendiri. Ada yang nulis, ada yang hura-hura, ada yang makan-makan, ada yang saling membanting ala petasan tahun baru (apaan??!!!). Gue memilih mengenangnya dengan menulis. Supaya tercatat dan suatu saat nanti bisa gue buka dan baca lagi. Apalagi, kalau tahunnya spesial banget, kayak tahun ini.

Dua ribu sebelas. Beli apa ya yang dengan harga dua ribu bisa dapet sebelas? Beli kacang goreng dapet kali ye? Apaan dah ini. Oke balik lagi. Dua ribu sebelas itu…
Tahun yang buat gue, sangat indah. Tahun yang sangat patut gue kenang dan gue syukuri.

Awal tahun ini memang tidak mengenakkan. I was struggling so hard. My heart was broken. Sempet juga ngerasain yang namanya ada lubang besaaaar banget di hidup gue. Saking besarnya lubang itu, rasanya sulit sekali untuk jalanin hari-hari gue. I grieved so hard. Kalo ada lagu yang bisa gambarin saat itu, pasti lagunya Breakeven-nya The Script.

I’m still alive, but I’m barely breathing
Her best days will be some of my worst
She finally met a man that’s gonna put her first
Cause when a heart break, it don’t breakeven

What am I supposed to do when the best part of me was always you?
What am I supposed to say when I’m all choked up and you’re okay?
I’m falling to pieces

They said bad thing happened for a reason
But no wise words gonna stop the bleeding
Cause he’s moved on while I’m still grieving
When a heart break, it don’t breakeven

You got his heart and my heart and none of the pain
You took your suitcase, I took the blame
Now I’m trying to make sense of what little remains
Cause you left me with no love to my name

Gue juga ngerasain yang namanya body image jadi sangat negatif. Sampai akhirnya, gue kepentok. Mentok sama Bapak gue di atas sana, yang rasanya jarang sekali gue ajak bicara saat itu. Karena gue sudah tidak bisa mencari pembenaran atas semua yang terjadi saat itu, kecuali it was meant to be. Kecuali Bapak gue ingin gue seperti ini. Gue menjadi rajin bicara sama Dia. Sekarang memang agak berkurang, tapi gue tetep ingin menjalin hubungan yang lebih baik lagi sama Bapak gue. At that time, I would never forget this one song by Amber Riley, titled I Look To You.

As I lay me down
Heaven hear me now
I’m lost without a cause
After giving it my all

Winter storms have come
And darkened my sun
After all that I’ve been through
Who on earth can I turn to?

I look to You
After all my strength is gone
In You I can be strong
I look to You
And when melodies are gone
In You I hear a song
I look to You

Sambil menyelesaikan grieving gue, gue bergalau-galau ria. Berkali-kali gue sadar gue mengulang fase grieving, tapi gak pernah sampe ke tahap acceptance. I tried so many ways. Mulai dari membiarkan diri gue benci setengah mampus, biarinin diri gue merasakan rasa sayang yang masih ada, membiarkan diri menerima sejumlah informasi laknat yang rasanya tidak pernah habis sampai ke kuping gue, membiarkan diri dibuai oleh rasionalisasi yang gue ciptakan untuk men-suppress rasa sakit dan ngilu karena lubangnya masih terlalu besar, dsb. I’ve tried so many ways. Dan tetep aja… gue ngerasa “ini kapan selesainya?”. Berkali-kali gue ganggu idup orang lain demi mendapatkan closure. Bukan closure yang gue dapet, bukan juga kasur, tapi rasa sakit dan sesak.
Di tengah semua itu, gue tetap berhasil mencapai beberapa hal. Wisuda, pergi ke Korea yang adalah mimpi waktu gue SMA, jadi asisten penelitian, lancar bawa mobil. Buat gue, pencapaian-pencapaian itu mungkin menjadi jauh lebih berarti karena gue mendapatkannya dengan terseok-seok. Dengan kondisi yang luar biasa rapuh.

Tanggal 5 Oktober. Gue ingat tanggal itu baik-baik. I ended the suffer. I decided. I was ready to start a new. With a new someone special. Banyak keraguan dan pertimbangan karena masalah usia. Tapi toh kita tetap mencobanya. Walau akhirnya kita merasa lebih baik tidak diteruskan. For our own good. Di sinilah, mungkin gue diajarkan lebih jauh lagi mengenai banyak hal. Pengendalian diri, berpikir dewasa, memilih, melihat banyak hal dari banyak sisi. Setiap kali gue inget kenangan manis bulan Oktober ini, gue selalu inget lagu Maybe-nya Yiruma. Dulu, gue sempet minta dia mainin lagu ini karena suka aja. But actually it kinda tells our story. It starts of with a “Maybe, we can get through these problems”, then it gets stronger in the middle like “Maybe, we can face it together. We should try and fight for this”, and it ends with “or maybe… we’re just not meant for each other”.

But one thing I realize through these 3 months. Nothing can actually ruin my mood.
Akhirnya gue punya sarana yang baik dalam katarsis dan menerima hidup gue dengan lebih baik. Caranya adalah dengan joke about my own life. Life itself is a joke, isn’t it? I started to watch, like, and do stand up comedy. Eversince, I started to enjoy my life more. Kalau gue kesel, gue cuma akan kesel 10 menit. Sisanya, gue akan sibuk bikin materi baru dari kekesalan gue. Dan berikutnya, gue gak kesel kalau hal itu terjadi lagi.
Kerjaan gue lancar. Ditawarin ngetes sana sini. Project training semakin mengalir juga dari AETHRA LC dan juga bareng ARTI-PLAN INDONESIA. Ditambah dengan project dengan Pandji terkait Yayasan Pita Kuning (yang masih dalam tahap dibicarakan), project Smile For The Future yang berhasil menang menjadi ide terbaik #Beranimengubah dan akan segera diwujudkan (Lonely people, I am with you). Man… nothing can really ruin my mood.

Everything is in the process of being paid off. Semua kesulitan yang gue alami di awal tahun sampai pertengahan tahun, terasa sedang dibayar.
And I can say, this is the best year I ever had.
I am happy with my life.

And I thank you, God and all of my friends that I trusted with all I have.

May God be with us, as always.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s